Sabtu, 16 April 2011

Analisis Perbandingan dan Kesehatan Bank DKI Berdasarkan CAMELS

Share
Penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk mengetahui kondisi bank atau yang dikenal dengan Analisis Tingkat Kesehatan Bank merupakan penilaian terhadap hasil usaha bank dalam kurun waktu tertentu dan faktor yang mempengaruhinya, dengan menggunakan alat yang disebut CAMELS Rating System yaitu, Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning Ability), Likuiditas (Liquidity, dan Sensivitas (Sensivity).
Table dibawah ini merupakan table perhitungan rasio Bank DKI triwulan 1 Maret pada tahun 2007-2009 yang diambil dari BI :

Analisis kesehatan Bank DKI

I.  Permodalan (Capital)

Pada table diatas terdapat keterangan CAR (Capital Adequacy Ratio)  mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. CAR diperoleh dengan membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko yang dihitung dari bank yang bersangkutan.

Dari tahun 2007 sampai 2009 Bank DKI mengalami perubahan nilai rasio CAR yang memperhitungkan rasio kredit maupun pasar. Pada CAR yang memperhitungkan rasio kredit mengalami kenaikan pada tahun 2007 ke 2008 yaitu 19,78 menjadi 21,5. Sedangkan pada tahen 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan yaitu dari 21,5 menjadi 17,27.  Untuk CAR yang memperhitungkan rasio pasar mengalami penurunan terus menerus yaitu dari 18,45 menjadi 16,94 hingga menjadi 14,65 pada tahun 2009. Jika bank DKI ingin meningkatkan atau memperbaiki nilai CAR maka Bank DKI harus mengurangi atau memperkecil komitmen pinjaman  yang tidak digunakan, mengurangi jumlah pinjaman yang diberikan sehingga memperkecil resiko, menambah posisi modal dengan cara setoran tunai atau go public dan lain-lain. Aktiva tetap terhadap modal merupakan perdandingan aktiva tetap yang diniliki oleh Bank DKI terhadap modal sendiri.

Kesimpulan dari bagian permodalan adalah CAR dari Bank DKI dari tahun 2007 sampai 2009 telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan BI yaitu lebih dari 8%. Jika suatu bank memiliki CAR dibawah 8% itu tandanya kesehatan bank tersebut perlu dipertanyakan. Semakin tinggi CAR pada suatu bank menunjukan bahwa bank tersebut dapat menanggung resiko yang mungkin timbul dari aktiva yang dimilikinya.

II. Kualitas Aktiva

1. Aktiva produktif bermasalah.
Mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2009. Semakin tinggi nilai aktiva produktif yang bermasalah maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapi oleh bank dari segi aktiva. Jika terdapat aktiva produktif yang bermasalah kemungkinan hal yang terjadi pada Bank DKI adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan bahkan macet. Jenis aktiva produktif tersebut antara lain, kredit yang diberikan, surat berharga, penempatan dana pada bank lain serta penyertaan.  Menghitung perkembangan aktiva produktif bermasalah pada suatu bank digunakan perbandingan antara aktiva produktif yang bermasalah dengan total aktiva produktif.

2. PPA produktif terhadap aktiva produktif

PPA produktif atau Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan tujuan menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Perubahan PPA produktif terhadap aktiva produktif dari tahun 2007 ke 2008 hanya mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 0,22. sedangkan dari tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan yaitu sebesar 0,11.

3. Pemenuhan PPA Produktif

Pemenuhan PPA Produktif  pada Bank DKI melebihi 100% diantaranya 105,29 pada tahun 2007, 101,06 pada tahun 2008 dan 114,32 pada tahun 2009. Pada persentase ini  artinya Bank DKI dapat menjamin resiko yang ditimbulkan dari aktiva yang produktif.

4. NPL

NPL ( Non Performing Loan ) yang dimiliki Bank DKI tidak terlalu besar ini berarti bank DKI tidak mengalami kesulitan dalam penyaluran kredit atau bahkan gagal, jika ini terjadi maka bank akan kesulitan dalam mengembalikan dana yang dititpkan oleh masyarakat atau nasabah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada penurunan laba bersih.

III.  Rentabilitas

Rentabilitas atau profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemempuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Pada rasio rentabilitas (keuntungan), rasio yang dapat diukur antara lain:

1.ROA

ROA (Return On Assets adalah rasio) yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan secara relative dibanding dengan total assetnya dengan kata lain ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset bank tersebut. Semakin tinggi ROA yang dimiliki bank maka semakin besar laba atau  yang didapat oleh bank tersebut serta semakin bagus pula posisi bank dari segi penggunaan asset yang biasanya akan meningkatkan saham dari bank tersebut. Rasio ROA pada Bank DKI dari tahun 2007 sampai 2009 menunjukan kenaikan yaitu sebesar 0,03 dari tahun 2007 ke tahun 2008 dan mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2009 sebesar 0,11.

2.ROE

ROE (Return on Equity) adalah perbandingan keuntungan yang diperoleh bank dengan total modal sendiri. Semakin besar ROE maka semakin besar kenaikan laba bersih bank yang bersangkutan serta akan meningkatkan harga saham dan pembagian deviden kepada investor akan semakin besar pula. Bank DKI menunjukan kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 sebesar 25,44 di tahun 2008 sebesar 26,08 dan sebesar 33,13 pada tahun 2009. Berdasarka rasio ini berarti menaikan laba bersih, harga saham dan deviden yang akan dibagikan kepada investor.

3.NIM

NIM (Net Interest Margin) adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif. NIM merupakan indikator untuk menunjukan tingkat efisiensi operasional suatu bank. Selama tiga tahun ini NIM pada Bank DKI mengalami penaikan pada tahun 2007 sebesar 7,22 menjadi 7,95 pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan dari 7,95 menjadi 6,81.

4.BOPO

BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapat operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Perbandingan rasio ini pada Bank DKI sebesar 77,82 pada tahun 2007, tahun 2008 sebesar 78,72 dan tahun 2009 sebesar 80,27. Jika menganut paradigma BOPO, tingkat efisiensi range-nya harus mencapai 70% – 80%. Jika BOPO suatu bank ada pada range tersebut maka bank tersebut sudah efisien dan efektif dalam menjalankan operasionalnya. Pada tahun 2007 dan 2008 tingkat efiseinsi Bank DKI berada pada range yang aman.  Pada tahun 2009 manajemen mulai kehilangan kendali karena mengalami kenaikan lebih dari 80% yaitu sebesar 80,27.

 IV. Likuiditas

1. LDR

Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Pada tahun 2007-2009 LDR pada Bank DKI mengalami kenaikan.

V. Kepatuhan

1. Persentase pelanggaran BMPK

Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih antara persentase BMPK yang diperkenankan terhadap persentase penyedia dana pada modal bank. Pada tahun 2007-2009 Bank DKI tidak melakukan pelanggaran BMPK.

2. Persentase Pelampauan BMPK

Pelampauan BMPK adalah selisih lebih antara  persentase BMPK yang diperkenankan dengan persentase penyediaan dana terhadap modal bank pada saat laporan dan tidak termasuk pelanggaran BMPK. Pada tahun 2007-2009 Bank DKI tidak melakukan pelampaun BMPK.

3. GWM

GWM (Giro Wajib Minimum) adalah perbandingan giro pada Bank Indonesia dengan seluruh dana yang berhasil dihimpun. Pada tahun 2007 sebesar 9,13, tahun 2008 sebesar 8,22 dan tahun 2009 sebesar 5,12.

4. PDN

PDN (Posisi Devisa Netto) pada Bank DKI di tahun 2007 sebesar 8,81, tahun 2008 sebesar 8,23 dan tahun 2009 sebesar 7,73. Dari ketiga tahun tersebut masih jauh dibawah ketentuan yang berlaku yaitu 20%.

Kesimpulan :
CAR, Likuiditas (ROA, ROE NIM) dan BOPO akan berpengaruh pada profitabilitas suatu bank. Bank DKI memiliki CAR yang tidak terlalu kecil namun cukup untuk menjamin resiko yang ditimbulkan dari aktiva, lalu memiliki BOPO yang ada pada range yang aman yaitu sekitar 70%-80% walaupun pada tahun 2009 melebihi 80%, dan memiliki angka ROA, ROE dan NIM yang menjamin sepenuhnya aman. CAR yang dimiliki bernilai positif lebih dari angka 10% dan Bank DKI tidak memiliki pelanggaran dan pelampauan BMPK. Walaupun Bank DKI memiliki PDN yang masih jauh dari ketentuan yang berlaku tetapi secara keseluruhan kesehatan Bank DKI dari tahun 2007-2009 cukup baik.

Minggu, 20 Maret 2011

Pertanyaan Bab 3 Analisis Laporan Keuangan

Share
3.19. Jelaskan perbedaan antara program pensiun manfaat pasti dan program pensiun iuran pasti. Bagaimana akuntansi berbeda untuk kedua program ini?
3.26. Apakah kategori utama informasi yang dijelaskan dalam catatan kaki manfaat pascapensiun?
Jawab:
3.19. Program pensiun manfaat pasti ,menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan oleh pemberi kerja untuk disediakan bagi pensiunan. Dalam program ini, pemberi kerja menanggung risiko kinerja dana pensiun. Selain itu program pensiun manfaat pasti mensyaratkan pemberi kerja untuk membayar pekerja secara berkala sejumlah uang yang telah ditentukan sebelumnya sejak pekerja pensiun sampai pekerja meninggal.
Program pensiun iuran pasti, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja atau iuran peserta dan hasil usaha kewajiban dari pemberi kerja adalah membayar iuran kerja sesuai dan yang ditatapkan dalam peraturan pensiun.

Akuntansi untuk kedua program :
Program Pensiun luran Pasti
Pengakuan Beban Manfaat Pensiun
Dalam Program Pensiun luran Pasti, iuran pemberi kerja untuk jasa periode tertentu harus diakui sebagai beban pada periode tersebut.
Pengungkapan
Laporan keuangan pemberi kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti harus mengungkapkan informasi berikut :
a) Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat perbedaan antara jumlah pendanaan yang telah dilakukan oleh pemberi kerja sejak pembentukan program dengan jumlah yang diakui sebagai beban selama periode yang sama.
b) Di dalam laporan laba rugi, jumlah yang diakui sebagai beban pensiun selama periode yang bersangkutan;
c) Di dalam catatan atas laporan keuangan :
(i) gambaran umum tentang program pensiun, termasuk karyawan atau kelompok karyawan yang ikut menjadi peserta program pensiun;
(ii) hal-hal penting lainnya yang berhubungan dengan program pensiun yang dapat mempengaruhi daya banding laporan keuangan periode tersebut dengan periode sebelumnya.

Program Pensiun Manfaat Pasti
Pengakuan Biaya Jasa Kini
Dalam Program Pensiun Manfaat Pasti, biaya jasa kini harus diakui sebagai beban periode berjalan.
Pengakuan Biaya Manfaat Pensiun selain Biaya Jasa Kini
Biaya jasa lalu, koreksi aktuarial, dampak perubahan asumsi aktuarial dan dampak perubahan program pensiun sehubungan dengan peserta yang masih aktif bekerja harus diakui sebagai beban atau pendapatan secara sistematis selama estimasi sisa masa kerja rata-rata para peserta tersebut.
Apabila besar kemungkinannya suatu Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti akan dibubarkan atau terdapat pengurangan peserta yang signifikan, maka :
a) setiap tambahan biaya manfaat pensiun yang terjadi harus segera diakui sebagai beban; dan
b) setiap surplus yang terjadi harus diakui sebagai pendapatan pada periode dimana pembubaran Dana Pensiun terjadi dan pengurangan peserta program pensiun terjadi, dengan mem-perhatikan peraturan perundangan yang berlaku
Dengan memperhatikan kewajiban pemberi kerja terhadap peserta yang telah pensiun sebagaimana diatur dalam Peraturan Dana Pensiun, nilai sekarang aktuarial dari suatu perubahan manfaat pensiun yang terjadi sehubungan dengan peserta yang telah pensiun, diakui sebagai beban atau pendapatan pada periode terjadinya perubahan. Jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, harus diungkapkan alasannva.


3.26. Kategori utama informasi yang dijelaskan dalam catatan kaki manfaat pascapensiun yaitu :
          1. Penjelasan posisi yang dilaporkan dalam neraca
          2. Detail biaya manfaat periodik bersih
          3. Informasi mengenai aktuaria dan asumsi lain
          4. Informasi mengenai alokasi aset dan kebijakan pendanaan 
          5. Kontribusi masa depan yang diharapkan dan pembayaran manfaat

Pertanyaan Bab 1 Analisis Laporan Keuangan

Share

No. 1-26
         Analisis rasio merupakan alat penting dalam analisis keuangan. Identifikasikan  setidaknya empat rasio yang menggunakan :
a.     Hanya data neraca.
b.     Hanya data laporan laba rugi.
c.     Data neraca dan laporan laba rugi.
      Jawab :

a.       Hanya data neraca
Rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca diantaranya current ratio, acid-test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total assets ratio.
b.      Hanya data laporan laba rugi
Rasio- rasio yang disusun dari ata yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating rasio, net profit margin.
c.       Data neraca dan laporan laba rugi
Rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover, receivable turnover, average collection periode.

Sabtu, 05 Maret 2011

Hubungan antara Laba, Arus Kas, dan Harga Saham

Share
Soal 2-12
Informasi berikut merupakan cuplikan dari laporan tahunan Lands’ End (dalam jutaan, kecuali data per saham) :

Diminta :
a.       Hitung dan gambarkan hubungan berikut :
1.         Laba per saham (EPS) dan harga pasar per saham
2.         Arus kas dari aktivitas operasi per saham dan harga saham per saham
3.         Arus kas bersih per saham dan harga pasar per saham
4.         Arus kas bebas per saham dan harga pasar per saham
b.      Pengukuran mana dari laporan tahunan ini yang paling baik untuk dapat menjelaskan perubahan harga saham? Diskusikan implikasi hal tersebut terhadap penilaian saham.

Jawaban :
Perhitungan untuk data per saham

Catatan :
Laba bersih per saham : $31,2 / 30,1 =1,037
Arus kas dari (digunakan) aktivitas operasi per saham : 74,3 / 30,1 = 2,468
Arus kas bersih per saham : 0,03 / 30,1 =0,001
Arus kas bebas per saham : 27,5 / 30,1 =0,914
a.1.  Laba per saham  (EPS) dan harga pasar per saham

    gambar :


 2. Arus kas dari aktivitas operasi persaham dan harga pasar per saham

     gambar :


3. Arus kas bersih per saham dan harga pasar per saham

gambar :
  
 4. Arus kas bebas persaham dan harga pasar per saham
gambar :


b.  Pengukuran yang paling baik yang dapat untuk menjelaskan perubahan harga saham adalah Arus kas dari aktivitas operasi per saham dan harga pasar per saham

Sabtu, 19 Februari 2011

Identifikasi Industri Untuk Tiga Perusahaan Berbeda Berdasarkan Rasio - ALK

Share
Soal  1-10
Beberapa ratio untuk tiga perusahaan berbeda yang beeroperasi dalam tiga industri berbeda ( dagang, farmasi, dan utilitas ) dilaporkan dalam tabel dibawah ini :

Diminta :
Identifikasi industri untuk masing-masing perusahaan. Berikan setidaknya dua alasan untuk mendukung masing-masing pilihan anda.

Jawab :
Perusahaan A
* Rasio margin laba kotor sebesar 18% berarti  besarnya laba kotor perusahaan sama dengan 18% penjualan bersihnya. Atau, besarnya laba kotor adalah 18 sen untuk setiap rupiah hasil penjualannya. Biaya yang mempengaruhi Laba kotor perusahaan A sangat besar dapat diketahui dari kecil nya  laba kotor yang diperoleh perusahaan tersebut.
* Rasio margin laba bersih sebesar 2% : setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp0,02
* Rasio penelitian dan pengembangan terhadap penjualan sebesar 0% : karena perusahaan A merupakan perusahaan dagang jadi tidak melakukan penelitian agar dapat memperkecil biaya.
* Rasio iklan terhadap penjualan sebesar 7% : perusahaan mengeluarkan biaya iklan sebesar 7% bertujuan agar dapat meningkatkan hasil penjualan.
* Rasio beban bunga terhadap penjualan sebesar 1% : perusahaan A mempunyai beban bunga sebesar 1%  yang dapat mempengaruhi besarnya laba bersih sebelum pajak yang nantinya akan dihasilkanoleh perusahaan.
* Pengembalian atas investasi (ROA) sebesar 11% : kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto sebesar 11%.
* Perputaran piutang usaha 95 kali berarti dalam setahun piutang usaha berputar 95 kali. Tinggi rendahnya receivables turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnovernya, berarti semakin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya turnovernya, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang. Oleh karena itu perusahaan ini termasuk efisien dalam mengelola piutang usahanya.
* Perputaran persediaan 9 kali berarti dalam setahun persediaan pada perusahaan A berputar sebanyak 9 kali. Semakin tinggi perputaran persediaan ini, semakin singkat atau semakin baik waktu rata-rata antara penanaman modal dalam persediaan dan transaksi penjualan.
* Utang jangka panjang terhadap ekuitas sebesar 64% : Rp0,64 dari setiap rupiah modal sendiri digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. Semakin kecil angka rasio, semakin baik solvabilitas perusahaan.

Perusahaan B
* Rasio margin laba kotor sebesar 53% : Perusahaan memperoleh laba kotor yang besar  karena biaya umum dan administrasi serta biaya penjualan (semuanya di luar pabrik) harus dikeluarkan dari perhitungan rasio. Dengan demikian, rasio tersebut hanya laba kotor dan pendapatan.
* Rasio margin laba bersih sebesar 14% : pada perusahaan ini hanya mampu menghasilkan margin laba bersih sebesar 14% sedangkan rasio margin laba kotor yang diperoleh sebesar 53% berarti selisih antara rasio margin laba kotor dan rasio margin laba bersih menunjukan besarnya biaya produksi untuk memproduksi (HPP) yang ditanggung oleh perusahaan.
* Rasio penelitian dan pengembangan terhadap penjualan 17% : karena perusahaan B merupakan perusahaan farmasi  yang bergerak dalam bidang manufaktur. Dimana  perusahaan melakukan kegiatan  mengolah obat-obatan maka perusahaan perlu melakukan penelitian dan pengembangan untuk menjamin produk yang dihasilkannya aman dan lebih bermanfaat serta dapat diterima oleh masyarakat . sehingg dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan obat tersebut dengan demikian penjualan obat tersebut akan meningkat seiring dengan kepercayaan masyarakat.
* Rasio iklan terhadap penjualan 4% : rasio iklan yang digunakan untuk meningkatkan penjualan sebesar 4 % tidak terlalu berpengaruh penjualan karena ratio margin laba bersih yang di peroleh oleh perusahaan masih kecil dari ratio margin laba kotor yang besar.
* Rasio beban bunga terhadap penjualan 1% : : perusahaan B mempunyai beban bunga sebesar 1%  yang dapat mempengaruhi besarnya laba bersih sebelum pajak yang nantinya akan dihasilkanoleh perusahaan.
* Pengembalian atas investasi (ROA) 12% : : kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto sebesar 12%.
* Perputaran piutang usaha 5 kali : dalam setahun piutang perusahaan B berputar sebanyak 5 kali yang berarti  tingkat perputaran piutangnya rendah.
* Perputaran persediaan 3 kali : perusahaan B dalam setahun persediaan berputar hanya sebanyak 3 kali. Perputaran persediaan perusahaan  ini sangatlah rendah yang dikhawatirkan banyaknya barang yang menggangur di gudang akan menimbulkan resiko kerusakan dan pencurian. Selain menimbulkan resiko kerusakan dan pencurian akan menambah beban penyimpanan.
* Rasio Utang jangka panjang 45% : Rp0,45 dari setiap rupiah modal sendiri digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. Semakin kecil angka rasio, semakin baik solvabilitas perusahaan.

Perusahaan C
*Rasio margin laba bersih 8% : perusahaan C hanya mampu menghasilkan laba bersih yang kecil. Selain itu perusahaan C ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidanng jasa yang  mengeluarkan beban bunga yang besar.
* Rasio penelitian dan pengembangan terhadap penjualan 0,1% : perusahaan hanya mengeluarkan biaya yang kecil untuk  Rasio penelitian dan pengembangan terhadap penjualan.
* Rasio iklan terhadap penjualan 0,1% : pada rasio ini perusahaan juga mengeluarkan biaya yang kecil. Sehingga dapat mengurangi beban perusahaan dalam menjalankan operasinya. Namun akibat dari sedikitnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akan mempengaruhi tingkat penjualan. Dan oleh sebab itu ratio margin laba bersih yang diperoleh juga kecil.
* Rasio beban bunga terhadap penjualan 15% : perusahaan ini harus menanggung beban yang besar dalam setiap penjualan produknya.
* Pengembalian atas investasi (ROA) sebesar 7% : kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto sebesar 11%.
* Perputaran piutang usaha 11 kali : berarti dalam setahun persediaan pada perusahaan C berputar sebanyak 11 kali. Semakin tinggi perputaran persediaan ini, semakin singkat atau semakin baik waktu rata-rata antara penanaman modal dalam persediaan dan transaksi penjualan.
* Perputaran persediaan n.a : karena Perusahaan C bergerak dibidang jasa  maka perusahaan ini tidak memiliki persediaan.
* Utang jangka panjang terhadap ekuitas 89% : Rp0,89 dari setiap rupiah modal sendiri digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. Karena nilai rasio ini terlalu besar sampai 89% berarti perusahaan berada dalam keadaan yang tidak efisien karena disebabkan kewajiban yang lebih besar dari pada asset yang dimiliki oleh perusahaan.

Dari ketiga perusahaan diatas perusahaan yang paling efektif dalam segi likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas adalah Perusahaan A.  berikut alasannya :
1. Semakin tinggi rasio profitabilitas maka semakin baik. Diantaranya yang termasuk rasio profitabilitas adalah rasio margin laba kotor dan rasio margin laba bersih. Walaupun perusahaan A memiliki margin laba kotor dan laba bersih yang kecil dibandingkan dengan perusahaan lainnya namun selisih rasio antara laba kotor dan laba bersih sangat kecil yaitu sebesar 6% sedangkan untuk perusahaan B sebesar 39% dan perusahaan C kita sebesar  8% karena pada perusahaan ini tidak terdapat rasio margin laba kotor. Berarti biaya produksinya kecil dibanding dengan perusahaan lain. Maka tingkat kinerja operasinya baik walaupun menghasilkan laba bersih yang kecil.
2. tanpa rasio penelitian dan pengembangan terhadap penjualan perusahaan ini sudah dapat menghasilkan laba. Sedangkan perusahaan B membutuhkan rasio ini sebesar 17 %. Karena perusahaan ini perusahaan dagang biaya yang digunakan untuk penelitian seperti yang dilakukan oleh perusahaan B kemungkinan di masukan pada rasio iklan terhadap penjualan.
3. Untuk perputaran piutang perusahaan A sangat efektif  karena pihak manajemen perusahaan mampu mengendalikan piutangnya dengan baik Karena memiliki nilai yang tinggi yaitu 95 kali dalam setahun jika dibandingkan dengan perusahaan B yang hanya 5 kali dalam setahun dan perusahaan C  memiliki perputaran 11 kali dalam setahun.
4. Perusahaan A akan mengalami rasio perputaran persediaan sebanyak 9 kali lebih bagus dibandingkan dengan perusahaan B sedangkan perusahaan C tidak mempunyai persediaan.
5. Semakin kecil nilai rasio dari utang jangka panjang terhadap ekuitas maka semakin baik performa perusahaan tersebut. Walaupun nilai rasio yang paling kecil tidak dimiliki oleh perusahaan A namun dari data- data keseluruhan perusahaan ini lah yang paling efektif dalam mengelola kewajiban jangka panjangnya.